Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat yang unik. Jumlahnya tidak banyak, namun sejarah menunjukkan bahwa dinamika bangsa ini tidak lepas dari peran mahasiswa. Walaupun jaman terus bergerak dan berubah, namun tetap ada yang tidak berubah dari mahasiswa, yaitu semangat dan idealisme. Semangat-semangat yang berkobar terpatri dalam diri mahasiswa, semangat yang mendasari perbuatan untuk melakukan perubahan-perubahan atas keadaan yang dianggapnya tidak adil. Mimpi-mimpi besar akan bangsanya. Intuisi dan hati kecilnya akan selalu menyerukan idealisme. Mahasiswa tahu, ia harus berbuat sesuatu untuk masyarakat, bangsa dan negaranya. Sejarah mencatat dengan tinta emas, perjuangan mahasiswa dalam memerangi ketidak adilan. Sejarah juga mencatat bahwa perjuanganbangsa Indonesia tidak bisa lepas dari mahasiswa dan dari pergerakan mahasiswa akan muncul tokoh dan pemimpin bangsa. Dan hari-hari ini peran dan fungsi serta posisi mahasiswa masih sama. Meski positioning nya mungkin berbeda, tentunya mengikuti perkembangan zaman. Jika dulu sejarah tinta emas banyak berawal dari pergerakan skala besar dengan model aksi / demonstrasi, hari ini tinta emas itu bisa lebih banyak berasal. Ya, terbukti keprofesian Indonesia tak kalah dengan negara asing dan mungkin dengan cara inilah sebuah bentuk baru (bukan menghilangkan model sebelumnya) akan lahir sebagai sebuah model gerakan mahasiswa.Definisi Mahasiswa
Paragraf 1 Pembukaan UUD IKM UI 2006 :
“Bahwa sesungguhnya mahasiswa adalah pemuda-pemudi yang memiliki keyakinan kepada kebenaran dan telah tercerahkan pemikirannya serta diteguhkan hatinya saat mereka berdiri di hadapan kezaliman. Oleh sebab itu, sepatutnya mahasiswa bergerak untuk mengubah kondisi bangsa menuju masyarakat madani yang adil dan makmur”
Filosofi Dasar Mahasiswa
Sekali dalam suatu waktu saya sempat berpikir bahwa masa depan adalah hakim yang adil bagi kerja dan perilaku kita. Belakangan saya mengerti bahwa mengejar masa depan adalah paham konformis, paham kenyamanan, paham berpuas diri atas suatu titik adalah yang paling buruk, pengharapan sanjungan kehebatan. Sebab seringkali masa depan lebih kuat dari masa sekarang tapi bisa juga sebaliknya memang. Itu akan berjalan dengan keputusan kita, tentunya. Dan tanpa kompetensi lain. Maka seperti itulah raison d’etre étudiant (reason for being a student), alasan menjadi mahasiswa. Menjadi mahasiswa berarti seharusnya seorang individu paham bahwa ia tidak lagi dalam paham kenyamanan, paham konformis dan berpuas diri seharusnya tidak ada dalam kamus seorang mahasiswa. Dalam paragraf pertama pembukaan UUD IKM UI 2006 sendiri, termaktub secara jelas bahwa mahasiswa adalah para orang-orang muda yang mempunyai sebuah keyakinan kepada sesuatu yang namanya kebenaran, lalu kemudian pemikiran mahasiswa itu telah tercerahkan. Hingga akhirnya hati-hati mereka dapat teguh dengan yang namanya kebenaran dan keadilan sehingga mereka tidak gentar menghadapi kezaliman baik yang dilakukan oleh sesama rekan mahasiswa, dosen, rektor bahkan presiden sekalipun. Sehingga kondisi bangsa yang diharapkan dari seorang mahasiswa khususnya Universitas Indonesia yang bergerak adalah kondisi bangsa yang madani, adil dan makmur. Tentu saja ini dimulai dari masyarakat kampus yang berpihak pada rakyat dan benar-benar adil. Sehingga, jika mahasiswa tidak bergerak untuk mengubah kondisi kampusnya yang dicengkeram kezaliman, apakah mungkin berharap mereka mengubah kondisi bangsa ?
Mengembalikan Semangat Kaum “Intelektual Minoritas”
Siapakah kaum intelektual minoritas yang dimaksud? Ya, jawabannya adalah mahasiswa. Bagi anda para mahasiswa, patut bersyukur dan berbanggalah akan titel yang mungkin baru anda sekalian sandang akhir-akhir ini. Karena dari total jumlah penduduk Indonesia ± 235 juta jiwa, jumlah kaum intelektual minoritas ini hanya sekitar 4.3 juta jiwa atau sekitar 4% dari total penduduk Indonesia.Mahasiswa pada era-globalisasi sekarang seperti kehilangan arah dan tujuan. Kaum minoritas yang digadang-gadang sebagai “agent of change” ini seakan terjebak pada lingkaran dampak globalisasasi yang lebih mengedepankan corak hedonisme dan apatisme. Mereka yang seharusnya berperan dalam perubahan dan pembaharuan bangsa ke arah yang lebih baik namun pada kenyataannya hanya menjadi tokoh-tokoh apatis dalam keterpurukan bangsa dan seakan terhipnotis oleh kebahagian dunia semata. Pada hakekatnya ketika kita bertanya, “apa tujuan anda menjadi mahasiswa”? secara general pastinya ingin membawa kepada suatu perubahan, baik itu dari segi kepentingan individu maupun masyarakat. Dalam perjalananya ke arah tujuan mulia itu terkadang selalu ada saja kekuatan yang seakan menghalangi dari dalam diri mereka sendiri. Pola pikir dan “main set” yang telah terkontaminasi oleh desakan abstrak dari dalam diri inilah yang terkadang menjerumuskan mereka kedalam lembah “hitam”, sehingga terkadang mata ini digelapkan pada penderitaan dan permasalahan bangsa sebaliknya diterangkan pada sifat-sifat hedonisme yang mengedepankan foya-foya dan kebahagiaan sesaat. Kerangka berfikir yang kurang sempurna dalam memandang sesuatu dan kurang peka terhadap suatu dinamika dimasyarakat membuat segelintir mahasiswa lebih merasa aman dan nyaman dalam “zona nyaman” masing-masing. Padahal mereka lupa bahwasannya mahasiswa punya peranan dan sebagai pengemban tugas besar dalam pembaharuan bangsa yang mengemban estafet sejak zaman kemerdekaan, yaitu untuk mencapai tujuan awal para pendiri bangsa (founding father’s).
Perkembangan yang terjadi di kalangan mahasiswa pada dewasa ini bisa dikatakan terjadi sebuah kemunduran pola pikir. Mahasiswa yang lebih mengedepankan sifat-sifat anarkisme dalam menyuarakan kepentingan rakyat merupakan corak dan stigma negatif yang seakan-akan menyudutkan posisi mereka. Bahkan banyak dari masyarakat yang menganggap mahasiswa sekarang hanya disibukkan oleh tawuran antar sesama mahasiswa dan bentrokan terhadap aparat penegak hukum. Sehingga pada akhirnya keamanan masyarakat menjadi terganggu serta kehidupan pembelajaran di kampus menjadi tidak kondusif. Pergerakan mahasiswa pada masa Orde Lama, Orde Baru hingga beralih ke era reformasi seharusnya menjadi sebuah catatan bagi kaum intelektual minoritas ini untuk berkaca pada sejarah dan menjadikannya motivasi tersendiri untuk melakukan yang lebih baik lagi, sehingga mahasiswa sebagai “agent of change” memang riil adanya, bukan hanya sebatas slogan tanpa implementasi.Pada akhirnya sudah saatnya bagi mahasiswa untuk bangkit dari musuh-musuh abstrak dari dalam dirinya, sehingga dapat kembali pada rule awal yang mereka cita-citakan. Semoga dampak dari globalisasi yang mulai terasa tidak menjadi suatu halangan yang berarti bagi perkembangan kreativitas dan semangat dari dalam diri mereka. HIDUP MAHASISWA INDONESIA!!.
MENGEMBANGKAN DIRI DAN INTELEKTUALITAS
Kita sebagai mahasiswa seharusnya mempunyai kemampuan intelektual yang lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang tamatan SMU atau SMA atau SLTA atau SMK atau MA atau apalah yang sejenisnya. Orang yang lulus SENAM PTN – Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri – ( yang dulu kita sebut SPMB) dan masuk universitas adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan intelektual yang lebih bagus. Tapi hal ini dengan asumsi bahwa soal-soal SENAM PTN berkualitas dan pihak yang menerima calin mahasiswa juga berkualitas (maksudnya mah anti sogok, KKN, de el el). Jadi jika kita telah menjadi mahasiswa, maka seharusnya kita mempunyai kemampuan intelektual yang (harusnya) sangat bagus.Dengan kita berkuliah, maka kita dapat mengembangkan intelektualitas kita. Cara kita menjawab soal-soal ujian pada saat kuliah akan menunjukkan piola pikir dan keintelektualan kita. Orang mengatakan bahwa mahasiswa adalah kaum intelektual. Jadi jangan rusak pandangan tersebut dengan menunjukkan perilaku yang tidak intelek jika kita mengaku sebagai kaum intelek. Tinggalkan perilaku kita waktu SMA dulu. Kita harus menjadi manusia yang lebih berkualitas dibanding dengan kondisi kita saat masih di SMA dulu. Dan pola pikir kita harus lebih maju dibanding dahulu. Ingatlah keistimewaan itu !! Dengan kita kuliah, maka kita dapat berbuat lebih dengan pola pikir dan kemampuan intelektual kita. Jika kita tidak memperoleh kemajuan dalam pengembangan diri kita, tidak lebih termotivasi untuk sukses setelah lulus kuliah nanti, maka kita berada dalam suatu kesalahan dalam hal menjadi mahasiswa.Karena itu, mulai dari sekarang jadikanlag perkuliahan sebagai tempat yang akan membuat diri kita berkembang lebih maju, membuat diri kita lebih intelektual yang mempunyai pola pikir yang luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar