Kamis, 02 Mei 2013

LOKANANTA DAN BUDAYA POPULER



a.      Hegemoni Kuasa dan Kebudayaan
Pada  awalnya  lokananta di  bangun atas prakarsa Angkasawan RRI dengan sesepuhnya R.Maladi  beserta  kawan-kawanya,sejak  tahun 1950 telah mempunyai rencana untuk  swadaya memnuhi  kebutuhan siaran radio mendirikan Pabrik Piringan Hitam.Pada tahun 1950 uji coba pertama kali  dilaksanakan di kota Solo dan berhasil baik,oleh perintisnya  R.Oetojo Soemowidjojo dan R.Ngabehi Soegoto Soejodipoero  yang pada  waktu itu menjabat Kepala Studio RRI dan Kepala Tehknik Produksi RRI Surakarta,sedangkan R.Maladi menjabat Direktur RRI di Jakarta.Perum Percetakan Negara RI Cabang Surakarta ( LOKANANTA ) adalah BUMN yang bernaung di bawah Perum Percetakan Negara Republik Indonesia yang bergerak di bidang usaha rekaman, penggandaan kaset Audio dan CD. LOKANANTA berdiri pada tanggal 29 Oktober 1956 dengan status Dinas Transkripsi sebagai bagian dari Jawatan Radio Republik Indonesia yang bertugas memproduksi piringan hitam untuk bahan siaran RRI seluruh Indonesia. Mulai tanggal 1 April 1959, piringan hitam produksi LOKANANTA juga dijual kepada masyarakat. Status LOKANANTA kemudian diubah dari bentuk Jawatan menjadi Perusahaan Negara berdasar pada Peraturan pemerintah No. 215 tahun 1961. Dan mulai tahun 2004 bergabung dengan Perum PNRI Cabang Surakarta.
Tujuan kali pertama didirikanya Lokananta adalah untuk memenuhi bahan siaran RRI seluruh Indonesia,kemudian berkembang menjadi studio rekaman.Lokanantapun menjadi alternative bagi penggiat seni mulai dari menggali, membina, melestarikan serta menyebarluaskan kesenian/kebudayaan nasional agar terjaga dan tidak tergerus oleh gempuran budaya barat dimana saat itu presiden pertama Republik Indonesia Presiden Soekarno memberlakukan kebijakan yang melarang budaya yang kebarat-baratan seperti music,mode pakaian,film masuk  Indonesia supaya budaya local terproteksi.Paham Ideologi Presiden Soekarno yang anti  Liberalisme atau barat  menjadikan Soekarno protectif dari budaya luar terutama budaya barat,dan Soekarno berusaha untuk menjadiakan atau mempengaruhi masyarakat Indonesia waktu itu untuk mencintai produk dalam negeri.Pidato-pidato Soekarno yang selalu menyuarakan berdikari atau berdiri di kaki sendiri,tapi pada kenyataanya budaya barat juga sulit di bendung karena sudah menjadi budaya populer di dunia.Soekarno mencoba menghegemoni masyarakat Indonesia supaya berpegang pada ideology Nasionalis dengan tujuan budaya local harus mendominasi budaya luar sehingga identitas dan kearifan local bangsa Indonesia tidak hilang karena gempuran budaya pop dari barat .Hegemoni sendiri   memiliki pengertian, Tentang cara menerapkan kekuasaan ideology yang tidak terliha,tentang proses-proses yang melaluinya seperangkat ide milik satu kelompok social menjadi dominan dalam suatu masyarakat (Graeme Burton,2012:73), sedangkan menurut Gramsci hegemoni tidak hanya berarti stu dominasi politik dalam relasi antar negeri,tetapi juga merupakan dominasi politik dari suatu kelas  (kuat) terhadap kelas (yang lemah) dalam relasi antar kelas social (Listiyono Santoso,dkk,2010,23).
Dengan alasan untuk melestarikan dan melindungi budaya local dari Imperialisme budaya yang diusung peradaban bangsa barat,Soekarno melegitimasi kebijakanya yang anti barat  tapi kebijakan ini juga tidak lepas dari sikap politik Soekarno yang lebih Pro pada ajaran Ideologi Sosialis,hal ini menunjukkan bahwa kekuasan dapat digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan doktrin-doktrin ideology tertentu.

b.      Budaya Pop dan Identitas
Budaya yang akan membentuk identitas jadi identitas yang terbentuk tergantung dari budaya yng dianut.  Budaya  pop  atau budaya populer memang sering kita dengar tapi apakah kita benar - benar  memahami  arti  dari budaya populer, tanpa disadari budaya  populer  sudah menjadi konsumsi  kita  setiap hari.Budaya  sendiri memiliki beberapa definisi yang  berbeda-beda tentang konsep budaya.
 Pertama, Budaya dapat  digunakan  untuk mengacu pada suatu proses  umum  perkembangan intelektual,spiritual,dan estetis (Williams,1983:90).
Kedua, Budaya  adalah tentang keberadaan (distinctiveness) kelompok-kelompok social yang memberikan mereka identitas (Graeme Burton,2012:30).
Berbeda dengan  budaya populer, budaya populer sendiri memiliki  beberapa pengertian, tentang  bentuk-bentuk    perilaku  social dan tentang bagaimana item-item  produksi massa digunakan   (Graeme Burton.2012:39).  Kata pop sendiri diambil dari kata populer,jika konteks objeknya  adalah  Lokananta  maka  yang  menjadi  objeknya adalah  kesenian karena notabenya Lokananta adalah studio rekaman. Lokananta menjadi kantong-kantong kebudayaan dari budaya-budaya local yang menjadi identitas bangsa Indonesia saat itu. Identitas sendiri memiliki pengertian,Pemahaman tentang citra-diri dan kepemilikan kelompok yang dianut oleh anggota budaya dan yang ditingkatkan oleh konsumsi produk-produk budaya dan representasi media (Graeme Burton.2012:34).Giddens menyatakan identitas bisa diubah  karena ada yang mempengaruhinya yaitu media massa.Sedangkan Foucault identitas bukan sesuatu yang tetap,statis atau yang kita pikirkan.Berbeda dengan pernyataan Anthony Giddens menyatakan Identitas adalah aktivitas yang kita lakukan dengan kesadaran penuh,secara tradisonal kita mempunyai identitas berdasarkan umur,gender dll.
Lokananta memberikan sebuah jawaban dari permasalahan yang di hadapi bangsa Indonesia saat itu,masalah yang dihadapi adalah bagaimana membangun identitas bangsa karena pada saat itu Indonesia adalah bangsa yang baru merdeka dan  membutuhkan identitas supaya  dikenal oleh bangsa lain dan tidak terpengaruh oleh ekspansi budaya barat. Masyarakat bergerak maju dan tidak bergerak mundur,artinya masyarakat akan selalu bergerak dari masyarakat tradisonal ke masyarakat modern,Salah  satu  cara  yang di tempuh adalah dengan  menunjukkan  produk budaya  seperti  kesenian music  yang disiarkan melalui RRI dan RRI mempengaruhi masyarakat untuk mencintai budaya local.Meskipun pernah  mejadi Negara jajahan ,Indonesia tetap konsisten menjaga  identitasnya.
Sebelum  adanya  teknologi  seperti  buku, studio rekanman atau belum meratanya kemampuan membaca dan menulis. Masyarakat Indonesia Menggunakan metode atau cara konvensional , seperti  mendongengkan  pada anak-anak  mereka.  Didalam  cerita  dongeng-dongeng  tersebut  terkandung ajaran-ajaran  kearifan local yang  senantiasa di ajarkan secara turun-menurun dari generasi-kegenerasi .Dongeng  tersebut  berisi cerita rakyat, lagu-lagu  daerah,  tapi  seiring  berkembangnya  zaman  orang  tua  masa kini semakin  jarang  mengajarkan  kearifan  local  pada anak-anaknya.


c.       Budaya Pop dan Budaya Massa
Dari teori yang di ungkapkan oleh  Graeme Burton  Budaya pop adalah  bagaimana produk-produk budaya di konsumsi atau di gunakan. Sedangkan budaya massa adalah Merujuk  bagaimana  budaya  itu  diproduksi,  didistribusikan  dan di pasarkan. Budaya massa adalah  kumpulan  dari nilai dan ide budaya yang timbul  dari keadaan biasa dari sebuah populasi atau  aktivitas  budaya yang sama, media komunikasi,  music, seni dan sebagainya. Budaya  massa cendrung  untuk  meniru  nilai  bebas   dari   individual  dan  untuk  membantu  melihat   perkembangan    masyarakat   sebagai  konsumen. Jadi, definisi  budaya   massa  terkait  dengan  definisi  budaya  pop,  budaya  massa  di  produksi secara  massa  dan   untuk  di  konsumsi  massa. Budaya  massa  didominasi  oleh  produksi  dan konsumsi barang-barang material bukan oleh seni-seni sejati (true arts) dan hiburan masyarakat (Graeme Burton,2012:38).
Lokananta awalnya hanya memenuhi kebutuhan siaran dari RRI kemudian di komersilkan  dan  akhirnya  Lokananta  memproduksi  piringan  hitam kaset  dan sekarang memproduksi  CD  sesuai   dengan  tuntutan   pasar  yang  selalu  berkembang. Zaman dulu alat pemutar piringan hitam mahal harganya, hanya orang-orang tertentu yang bisa memilikinya. Hanya  golongan kelas  atas  yang  yang  dapat  memiliki dan menikmati alunan music  dari  piringan   hitam.   Selain  itu bukan hanya musiknya  yang dinikmati tapi juga  materialnya, karena  hanya  kelas atas yang dapat menikmatinya.
Berdiri sejak tahun 1950,Lokananta sampai saat ini masih eksis menunjukkan identitasnya sebagai  sebuah  kantong   kebudayaan local meski ada beberapa produk piringan hitam dari Lokananta yang  berbau barat,  terbukti  dengan  adanya  Piringan Hitam dari group music KABAMA, group music  ini mempunya personil 4 orang.Mirip atau bahkan bisa dikatakan sama seperti format group music dari Inggris The Beatles.Hal ini menunjukkan  betapa  budaya  pop dari barat sulit  dibendung  karena  sudah  menjadi budaya massa.Padahal pada waktu itu Seokarno melarang musik-musik dari barat  seperti The Beatles  masuk Indonesia, tapi  kenyataanya budaya barat memang masuk Indonesia.Contoh paling mudahnya yang sudah  dikenal adalah group music Koes Plus memang music yang dibawakan Koes Plus adalah music  Indonesia  tapi  formatnya sama seperti The Beatles. Orang-orang seni  beralasan  bahwa  seni itu   tidak dapat  dibatasi, karena  jika  dibatasi  berarti  melarang   mereka untuk berkreasi, karena  berkesenian adalah bagian dari budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOKANANTA DAN BUDAYA POPULER

a.       Hegemoni Kuasa dan Kebudayaan Pada   awalnya   lokananta di   bangun atas prakarsa Angkasawan RRI dengan sesepuhnya R.Maladi...