a.
Hegemoni
Kuasa dan Kebudayaan
Pada
awalnya lokananta di bangun atas prakarsa Angkasawan RRI dengan
sesepuhnya R.Maladi beserta kawan-kawanya,sejak tahun 1950 telah mempunyai rencana untuk swadaya memnuhi kebutuhan siaran radio mendirikan Pabrik
Piringan Hitam.Pada tahun 1950 uji coba pertama kali dilaksanakan di kota Solo dan berhasil
baik,oleh perintisnya R.Oetojo
Soemowidjojo dan R.Ngabehi Soegoto Soejodipoero yang pada waktu itu menjabat Kepala Studio RRI dan
Kepala Tehknik Produksi RRI Surakarta,sedangkan R.Maladi menjabat Direktur RRI
di Jakarta.Perum Percetakan Negara RI Cabang Surakarta ( LOKANANTA ) adalah
BUMN yang bernaung di bawah Perum Percetakan Negara Republik Indonesia yang
bergerak di bidang usaha rekaman, penggandaan kaset Audio dan CD. LOKANANTA
berdiri pada tanggal 29 Oktober 1956 dengan status Dinas Transkripsi sebagai
bagian dari Jawatan Radio Republik Indonesia yang bertugas memproduksi piringan
hitam untuk bahan siaran RRI seluruh Indonesia. Mulai tanggal 1 April 1959,
piringan hitam produksi LOKANANTA juga dijual kepada masyarakat. Status
LOKANANTA kemudian diubah dari bentuk Jawatan menjadi Perusahaan Negara
berdasar pada Peraturan pemerintah No. 215 tahun 1961. Dan mulai tahun 2004
bergabung dengan Perum PNRI Cabang Surakarta.
Tujuan
kali pertama didirikanya Lokananta adalah untuk memenuhi bahan siaran RRI
seluruh Indonesia,kemudian berkembang menjadi studio rekaman.Lokanantapun
menjadi alternative bagi penggiat seni mulai dari menggali, membina, melestarikan
serta menyebarluaskan kesenian/kebudayaan nasional agar terjaga dan tidak
tergerus oleh gempuran budaya barat dimana saat itu presiden pertama Republik
Indonesia Presiden Soekarno memberlakukan kebijakan yang melarang budaya yang
kebarat-baratan seperti music,mode pakaian,film masuk Indonesia supaya budaya local terproteksi.Paham
Ideologi Presiden Soekarno yang anti Liberalisme
atau barat menjadikan Soekarno protectif
dari budaya luar terutama budaya barat,dan Soekarno berusaha untuk menjadiakan
atau mempengaruhi masyarakat Indonesia waktu itu untuk mencintai produk dalam
negeri.Pidato-pidato Soekarno yang selalu menyuarakan berdikari atau berdiri di
kaki sendiri,tapi pada kenyataanya budaya barat juga sulit di bendung karena
sudah menjadi budaya populer di dunia.Soekarno mencoba menghegemoni masyarakat
Indonesia supaya berpegang pada ideology Nasionalis dengan tujuan budaya local
harus mendominasi budaya luar sehingga identitas dan kearifan local bangsa
Indonesia tidak hilang karena gempuran budaya pop dari barat .Hegemoni sendiri memiliki pengertian, Tentang cara menerapkan
kekuasaan ideology yang tidak terliha,tentang proses-proses yang melaluinya
seperangkat ide milik satu kelompok social menjadi dominan dalam suatu
masyarakat (Graeme Burton,2012:73), sedangkan menurut Gramsci hegemoni tidak
hanya berarti stu dominasi politik dalam relasi antar negeri,tetapi juga
merupakan dominasi politik dari suatu kelas
(kuat) terhadap kelas (yang lemah) dalam relasi antar kelas social (Listiyono
Santoso,dkk,2010,23).
Dengan
alasan untuk melestarikan dan melindungi budaya local dari Imperialisme budaya
yang diusung peradaban bangsa barat,Soekarno melegitimasi kebijakanya yang anti
barat tapi kebijakan ini juga tidak
lepas dari sikap politik Soekarno yang lebih Pro pada ajaran Ideologi
Sosialis,hal ini menunjukkan bahwa kekuasan dapat digunakan sebagai sarana
untuk menyebarkan doktrin-doktrin ideology tertentu.
b.
Budaya
Pop dan Identitas
Budaya
yang akan membentuk identitas jadi identitas yang terbentuk tergantung dari
budaya yng dianut. Budaya pop
atau budaya populer memang sering kita dengar tapi apakah kita benar -
benar memahami arti
dari budaya populer, tanpa disadari budaya populer
sudah menjadi konsumsi kita setiap hari.Budaya sendiri memiliki beberapa definisi yang berbeda-beda tentang konsep budaya.
Pertama,
Budaya dapat digunakan untuk mengacu pada suatu proses umum perkembangan intelektual,spiritual,dan estetis
(Williams,1983:90).
Kedua,
Budaya adalah tentang keberadaan (distinctiveness)
kelompok-kelompok social yang memberikan mereka identitas (Graeme Burton,2012:30).
Berbeda
dengan budaya populer, budaya populer
sendiri memiliki beberapa pengertian, tentang bentuk-bentuk
perilaku social dan tentang bagaimana item-item produksi massa digunakan (Graeme
Burton.2012:39). Kata pop sendiri
diambil dari kata populer,jika konteks objeknya adalah Lokananta
maka yang menjadi
objeknya adalah kesenian karena notabenya Lokananta adalah
studio rekaman. Lokananta menjadi kantong-kantong kebudayaan dari budaya-budaya
local yang menjadi identitas bangsa Indonesia saat itu. Identitas sendiri
memiliki pengertian,Pemahaman tentang citra-diri dan kepemilikan kelompok yang
dianut oleh anggota budaya dan yang ditingkatkan oleh konsumsi produk-produk
budaya dan representasi media (Graeme Burton.2012:34).Giddens menyatakan
identitas bisa diubah karena ada yang
mempengaruhinya yaitu media massa.Sedangkan Foucault identitas bukan sesuatu
yang tetap,statis atau yang kita pikirkan.Berbeda dengan pernyataan Anthony
Giddens menyatakan Identitas adalah aktivitas yang kita lakukan dengan
kesadaran penuh,secara tradisonal kita mempunyai identitas berdasarkan
umur,gender dll.
Lokananta
memberikan sebuah jawaban dari permasalahan yang di hadapi bangsa Indonesia
saat itu,masalah yang dihadapi adalah bagaimana membangun identitas bangsa
karena pada saat itu Indonesia adalah bangsa yang baru merdeka dan membutuhkan identitas supaya dikenal oleh bangsa lain dan tidak terpengaruh
oleh ekspansi budaya barat. Masyarakat bergerak maju dan tidak bergerak
mundur,artinya masyarakat akan selalu bergerak dari masyarakat tradisonal ke
masyarakat modern,Salah satu cara yang
di tempuh adalah dengan menunjukkan produk budaya seperti kesenian music yang disiarkan melalui RRI dan RRI
mempengaruhi masyarakat untuk mencintai budaya local.Meskipun pernah mejadi Negara jajahan ,Indonesia tetap
konsisten menjaga identitasnya.
Sebelum
adanya teknologi seperti buku, studio rekanman atau belum meratanya
kemampuan membaca dan menulis. Masyarakat Indonesia Menggunakan metode atau
cara konvensional , seperti mendongengkan
pada anak-anak mereka. Didalam cerita dongeng-dongeng
tersebut terkandung ajaran-ajaran kearifan local yang senantiasa di ajarkan secara turun-menurun
dari generasi-kegenerasi .Dongeng tersebut
berisi cerita rakyat, lagu-lagu daerah, tapi seiring
berkembangnya zaman orang tua
masa kini semakin jarang mengajarkan kearifan local pada anak-anaknya.
c.
Budaya
Pop dan Budaya Massa
Dari
teori yang di ungkapkan oleh Graeme
Burton Budaya pop adalah bagaimana produk-produk budaya di konsumsi
atau di gunakan. Sedangkan budaya massa adalah Merujuk bagaimana budaya itu diproduksi, didistribusikan dan di pasarkan. Budaya massa adalah kumpulan dari nilai dan ide budaya yang timbul dari keadaan biasa dari sebuah populasi
atau aktivitas budaya yang sama, media komunikasi, music, seni dan sebagainya. Budaya massa cendrung untuk
meniru nilai bebas dari individual dan
untuk membantu melihat
perkembangan masyarakat sebagai
konsumen. Jadi, definisi
budaya massa terkait
dengan definisi budaya
pop, budaya massa
di produksi secara massa
dan untuk di konsumsi
massa. Budaya massa didominasi
oleh produksi dan konsumsi barang-barang material bukan oleh
seni-seni sejati (true arts) dan
hiburan masyarakat (Graeme Burton,2012:38).
Lokananta
awalnya hanya memenuhi kebutuhan siaran dari RRI kemudian di komersilkan dan akhirnya
Lokananta memproduksi piringan hitam kaset dan sekarang memproduksi CD sesuai
dengan
tuntutan pasar yang selalu berkembang. Zaman dulu alat pemutar piringan
hitam mahal harganya, hanya orang-orang tertentu yang bisa memilikinya. Hanya golongan kelas atas yang
yang dapat memiliki
dan menikmati alunan music dari piringan hitam. Selain itu bukan hanya musiknya yang dinikmati tapi juga materialnya, karena hanya kelas
atas yang dapat menikmatinya.
Berdiri
sejak tahun 1950,Lokananta sampai saat ini masih eksis menunjukkan identitasnya
sebagai sebuah kantong kebudayaan local meski ada beberapa produk
piringan hitam dari Lokananta yang berbau
barat, terbukti dengan adanya Piringan Hitam dari group music KABAMA, group
music ini mempunya personil 4
orang.Mirip atau bahkan bisa dikatakan sama seperti format group music dari
Inggris The Beatles.Hal ini menunjukkan betapa
budaya pop dari barat sulit dibendung karena sudah menjadi
budaya massa.Padahal pada waktu itu Seokarno melarang musik-musik dari
barat seperti The Beatles masuk Indonesia, tapi kenyataanya budaya barat memang masuk
Indonesia.Contoh paling mudahnya yang sudah dikenal adalah group music Koes Plus memang
music yang dibawakan Koes Plus adalah music Indonesia tapi formatnya
sama seperti The Beatles. Orang-orang seni beralasan bahwa seni
itu tidak dapat dibatasi, karena jika dibatasi berarti melarang
mereka untuk berkreasi, karena berkesenian adalah bagian dari budaya.